Cerita Sex Gadis Manis - Sex enak enak

Rabu, 21 September 2022

Cerita Sex Gadis Manis

 


Sexenak21 - “…(sorry nama saya harus disensor…) apakah kamu pernah memotret model bugil?”

Terus terang saya belum pernah jadi saya jawab dengan mantap,

“Belum mbak, emang kenapa?”

“Aku nggak ngerti kenapa ya ada orang yang mau dipotret begitu”, jawabnya.

Sita orangnya manis, berjilbab dan sudah berkeluarga. Usianya baru 27 tahun,

punya anak baru berumur 1 tahun. Dia juga salah satu editor andalan perusahaan

kami. Boleh dibilang dia adalah primadona di kantor kami. Saya coba iseng-iseng

tanya meminta Mbak Sita untuk dipotret tanpa busana (gila ya…? kalo dia marah …

atau dia mau trus kalo ketahuan suaminya bisa bubar….!!! Padahal pacar sendiri

aja belum pernah difoto bugil…).

So, saya to the point aja,

“Ehmm … Mbak Sita mau nggak kalo saya potret tanpa busana, tapi ini bukan porno

lho, saya buat yang artistik”.

Dan ternyata dia mau, saya sendiri tidak menyangka jawabannya,

”Betul nih, aku mau dong tapi dengan syarat, muka dan tanda-tanda fisik aku

disamarkan atau ketutup. Pokoknya orang lain nggak boleh tau itu fotoku”,

ujarnya.

Saya sendiri kaget setengah mati mendengar jawabannya, tapi udah kepalang basah

saya bilang,

”Oke, jadi kapan mbak Sita bisa punya waktu….”. “Gimana kalo nanti malam setelah

meeting redaksi”, katanya.

Saya setuju. So… the moment came… Selepas meeting, kami ke ruangan dia sambil

membawa perlengkapan foto.

“Mau dimana mbak…? Di studio aja ya, supaya nggak usah pasang lighting lagi”,

tanya saya.

Kebetulan di kantor kami ada sebuah ruangan di sudut yang dijadikan studio foto.

“Boleh, yuk kita kesana…”, kata Sita sambil berjalan menuju studio.

Sesampainya di studio saya menyiapkan lampu dan perlengkapan lain, sementara itu

saya melirik dia mulai buka kerudung, atasan dan celana panjangnya. Setelah

ngelepas bra dan CD, Sita diam sebentar.. mikir kayaknya,

“Jadi nggak ya…, nggak deh, nggak jadi aja…” katanya.

Saya nggak coba bujuk cuma bilang.

“Ya udah…., kalo memang belum siap sih lain kali aja, atau memang dibatalkan

aja”.

Sita diam sejenak terus dia pake lagi bra dan CDnya. Saya sih tidak masalah, bisa

melihat tubuh telanjang Sita saja sudah anugerah besar. Ternyata dibalik

kerudungnya selama ini tubuhnya masih sangat menarik.

“Ya sudah mbak, kalo gitu saya pulang aja ya…”, saya pamit pada Sita.

Eh tapi ternyata dia malah merasa nggak enak,”ng…. sorry…aku nggak enak sama kamu

karena udah janji…” katanya.

“Sebenarnya aku nggak apa – apa kok… cuma malu aja telanjang didepan kamu,

apalagi biasanya aku pake kerudung”.

Akhirnya bra dan CD yang udah kembali dipake dia buka lagi.

“Tapi … janji nggak kelihatan mukanya ya…” pinta Sita. “Iya deh mbak, saya janji

…”, saya jawab sekenanya karena hati saya berdegup keras melihat tubuhnya yang

telanjang itu

Akhirnya pemotretan jadi dilakukan. Awalnya cuma beberapa jepretan, saya coba

arahkan dia untuk berpose

“Mbak, tangan kirinya diangkat kebelakang kepala… oke bagus….trus kakinya dibuka

sedikit…”. Sita menurut semua arahan saya, sampai akhirnya dia mau juga difoto

seluruhnya dan tampak muka.

“Mbak… udah bagus posenya, difoto seluruh badan ya… oke sekarang mukanya

menghadap kamera…”

Saya sudah lupa sama janji pada Sita untuk tidak memperlihatkan mukanya tapi dia

sendiri kemudian bilang,

“Yah… keliatan deh mukanya, tapi udah kepalang deh… terusin aja… nggak apa-apa

kok. Tapi awas kalo nggak bagus…”.

Malah akhirnya dia mau difoto abis – abisan dan saya coba tanya apakah Sita mau

berpose ‘hardcore’,

“Kalo posisi ML mau kan ya mbak…”. Sita agak kaget,

“Sama siapa … emang ada siapa lagi diluar…kalo sama kamu nanti siapa yang

motret”.

“ya sama saya tentunya mbak, abis sama siapa lagi… mau saya panggilkan Ucup”,

saya sebut nama office boy kantor.

“Gila ah… nggak mau kalo sama dia…mending sama kamu…”, Sita protes.

“Iya deh mbak…nanti saya pake tripod, timer dan remote…jadi bisa ditinggal. Cuma

meskipun nggak sampe ‘keluar’ tapi ‘masukinnya’ beneran ya supaya kelihatan

natural”, saya berkilah (terus terang ini pertama kalinya buat saya, sama pacar

sendiri aja belum pernah)


“Iya deh…tapi kalo udah nggak tahan cepet keluarin di luar ya”, kata Sita.

“Mudah – mudahan lho, soalnya saya belum pernah nih…”, saya berterus terang.

“Wah… aku merawanin kamu dong …”, kata Sita lagi. Saya set kamera saya dan

mendekati Sita.

Vaginanya sudah basah sewaktu saya coba pegang, DominoQQ

“Udah basah kok…jadi nggak akan sakit”, Sita meyakinkan saya.

Saya bukaretsleting membuka celana dan mengeluarkan penis yang sedari tadi sudah

tegang. Akhirnya penis saya masuk juga ke dalam vaginanya.Terasa nikmat sekali,

sambil menggoyangkan pinggul Sita mendesah lirih. Kami melakukannya sambil setiap

kali saya nyalakan remote untuk mengambil gambar kami.

Setelah berganti beberapa posisi, mengambil puluhan foto dan memory saya habis

pemotretan kami akhiri… tapi kenikmatan yang saya rasakan tidak mau saya lewatkan

begitu saja. Kami terus bergoyang sampai akhirnya penis saya akan mengeluarkan

sperma… Buru – buru saya mau cabut dan tapi dia tahan

“jangan sekarang… aku lagi …. terusin dulu…”, pinta Sita sambil mencengkeram

pantat saya.

Akhirnya saya nggak bisa tahan lagi, penis saya berdenyut – denyut dan pancaran

sperma ke dalam vaginanya.

“Gila enak banget mbak Sita …”, saya kecup bibirnya, dia cuma diam sepertinya

malu dan bersalah banget… saya juga jadi ikut ngerasa salah…

“Maaf ya mbak…mustinya nggak sampe keterusan…”, saya meminta maaf

“Nggak apa – apa… aku juga yang nggak bisa nahan…”, Sita berkata lirih.

“Sini aku bersihkan dulu penis kamu…”, Sita mengambil tissue dan menjilati

seluruh penis saya.

Setelah itu dia mengelap dengan tissue,

”Kalo nggak dibersihin dulu nanti jadi lengket, kasihan kamu kan pulangnya

jauh..”

Akhirnya saya memakai kembali celana, kemudian mengambil kamera dan mengeluarkan

memorynya. Sita masih telanjang dengan posisi terlentang di karpet, sementara

kedua kakinya terbuka lebar.

“Mbak, saya ambil memory satu lagi ya…nanti sambil pake bajunya saya foto lagi”,

saya bergegas ke meja saya untuk mengambil memory cadangan.

Tapi sewaktu akan kembali ke studio, saya merasa ingin kencing, sehingga saya

mampir dulu ke toilet. Sewaktu kembali saya melihat pintu studio masih terbuka

(saya lupa menutupnya…) dan saya intip ternyata Sita masih dalam posisi yang sama

dan memejamkan matanya menikmati apa yang baru terjadi.

Saya mengambil beberapa foto termasuk close up vaginanya yang melelehkan sperma

saya, lalu keluar dari studio membiarkan dia beristirhat. Sewaktu keluar saya

melihat si Ucup sedang membersihkan ruangan. “Cup…kamu jangan masuk studio dulu

ya”, saya memberitahu Ucup.

“Kenapa pak, emang Bu Sita masih di situ…”, tanya Ucup polos.

“Lho kok kamu tahu tadi ngintip ya…”,saya agak kaget mendengannya.

“Tadi waktu bapak keluar dari studio dan ke toilet, saya sempat masuk kedalam mau

membersihkan tapi saya lihat Bu Sita lagi telanjang disitu ya saya keluar lagi,

tapi sebelumnya saya sempat pegang tetek dan itunya, Bu Sita cuma mendesah…”,

kata Ucup

“Ibu Sita lihat kamu…”,tanya saya.

“Kayaknya sih nggak soalnya merem dan nggak bergerak lagi”, jawabnya.

“Yah sudah… ini duit 50 ribu, kamu jangan bilang siapa-siapa ya”, perintah saya.

“Oke boss…tapi kalo boleh saya berkomentar, body Ibu Sita bagus banget ya pak…

kalo saya punya istri kayak dia pasti tiap hari udah saya kerjain, wong begitu

saja saya udah basah kok”, Ucup berkomentar sambil cengar-cengir.

“Yah sudah, kamu pulang aja…besok datang agak pagi buat terusin bersih-bersih”.

Sita saya bangunkan, dan sambil memakai baju saya terus mengambil foto. Setelah

selesai Sita bilang,

”Aku bisa difoto dengan pakaian lengkap begini dong, yang cantik ya… tapi

setidaknya aku pernah punya “foto nude” , meski cuma sekali… “. Aku mengambil

sekitar 30 foto Sita dengan mengenakan Jilbab.

Menurutku dia malah lebih terlihat menarik dengan pakaian seperti itu.

Setelah itu kami pulang, Sita menganggap hal itu seperti tidak pernah terjadi.

Malah foto – foto itu nggak pernah dia tanyain apalagi dilihat… malu kali ya,

padahal hubungan saya dengan dia masih baik-baik…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar